Selasa, 16 April 2013

Orangutan Hasil Evakuasi dari Desa Parit Wa’dongka tidak Berhasil Diselamatkan

Pontianak --- Setelah melalui perawatan secara intensif selama tiga hari sejak berhasil dievakuasi 27 Agustus lalu, Orangutan dari Desa Wajok Hilir, Kalimantan Barat akhirnya tidak berhasil diselamatkan. Orangutan yang masuk perkampungan warga ini mati pada hari rabu (29/8) lalu, pukul 22.30 dalam perjalanan menuju fasilitas perawatan Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang. Saat ini mayat orangutan sedang dalam proses otopsi untuk mengetahui sebab kematian satwa tersebut.

Menurut hasil pemeriksaan petugas medis pasca evakuasi, luka yang dialami tidak membahayakan dengan perkiraan waktu pemulihan sekitar 2-3 minggu sebelum dapat dilepasliarkan kembali. Bahkan pada 28 Agustus satwa tersebut sudah mulai mau mengkonsumsi buah-buahan. Sayangnya, tingkat stress dan dehidrasi satwa tersebut memang masih sangat tinggi.

Berdasarkan rekomendasi medis, tim gabungan yang terdiri dari Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat, Yayasan Titian, Yayasan IAR, Lembaga Gemawan dan WWF-Indonesia memutuskan untuk memberangkatkan Orangutan ke IAR Ketapang untuk perawatan yang lebih baik pada hari Rabu, 29 Agustus 2012 pukul 19.00 WIB.

Jalur yang dipilih adalah melalui jalur darat Trans Kalimantan dengan meminimalisir interaksi dengan manusia untuk mengurangi kadar stress orangutan. Pemeriksaan sebelum keberangkatan menunjukkan kondisi orangutan memungkinkan untuk menempuh jalur tersebut. Pada pemeriksaan lanjutan dalam pukul 22.00, di daerah Kubu Raya, orangutan tidak menunjukkan pergerakan sebagaimana mestinya. Setelah melalui pemeriksaan intensif oleh Drh. Ahmad Syifa Sidik, S.KH, pada pukul 22.30 orangutan tersebut dinyatakan mati. Mayat orangutan kembali dibawa ke Pontianak untuk menjalani proses otopsi

“Saat ini kami sedang menunggu hasil otopsi untuk mengetahui sebab kematian orangutan jantan yang kami evakuasi dari Wajok Hilir. Sangat disayangkan proses penyelamatan yang telah dilakukan bersama dalam beberapa hari terakhir tidak mampu menyelamatkan Orangutan tersebut,” ungkap M. Hermayani Putera, Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia.

Orangutan jantan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kg tersebut memasuki kawasan sekitar pemukiman warga pada 25 Agustus 2012 lalu. “Diperkirakan satwa ini terdesak masuk ke kebun dan pemukiman masyarakat untuk mencari makanan akibat hutan  alam sebagai habitatnya semakin berkurang dan tidak mampu lagi menyediakan pakan,” tambah M. Wahyu Putra, Koordinator Media Kampanye Tumbuhan Satwa Liar (TSL) Yayasan Titian.

sumber: wwfID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar